menikmati (senja) jakarta

Senja di jakarta

Langit musim penghujan di jakarta yang saya ambil dari kantor

Jakarta sudah menjadi tempat tinggal saya selama lebih dari tiga tahun terakhir. Mulai dari tinggal yang hanya sepelemparan batu dari kantor di daerah segitiga emas kuningan (yang harga kosannya juga seharga emas), hingga sekarang yang harus dijangkau dengan transjak dan angkot  (yang jika bus transjak mogok, terlambat datang, atau busway dimasuki pengendara tidak tahu malu, waktu tempuh rumah-kantor bisa menjadi 1.5 – 2 jam).

As some of my friends say, “sekejam-kejamnya ibu tiri, masih lebih kejam ibukota”, i honestly love jakarta. Yes, the traffic is crazy. Yes, the people are even crazier. Yes, the pedestrian is far from safe and decent. Yes, the public transportation are crap. Yes, the parks and other public facilities are screaming for help. Yes, this city is not safe and friendly for pregnant woman and children and disabled, or basically to everyone.

But i honestly do love Jakarta.

Jauh di dalam hati, saya masih berharap orang-orang akan lebih santun berkendara dan menaati rambu lalu lintas. Berhenti di belakang garis zebra cross di lampu merah sehingga pejalan kaki mendapat hak nya. Memberi tempat duduk dengan sukarela kepada ibu hamil, lansia dan anak-anak. Semua supir kopaja, transjak, metromini, angkot dan bajaj serta bemo juga ojeg tidak menyetir secara ugal-ugalan. Tidak membuang sampah sembarangan. Tidak naik dan turun seenak jidat dari kopaja ac P20 (saya pernah melihat ibu hamil sekitar 6-7 bulan turun di duren tiga,namun tidak lewat halte, ibu hamil itu meloncati pembatas jalur busway yang cukup tinggi, terlebih untuk orang hamil. Jantung saya seakan berhenti berdetak waktu itu).

I honestly do love Jakarta.

Ada begitu banyak cara untuk menikmati Jakarta. Berburu buku bekas di Blok M setiap weekend salah satunya. Jakarta punya berbagai museum yang cukup menarik, museum-museum di kota tua, museum BI, bank Mandiri, Museum Gajah, Museum wayang, dan masih banyak lagi.

Atau menikmati konser-konser gratisan yang sering diadakan pusat kebudayaan prancis, belanda, jerman, india, amerika, kineforum, komunitas layar tancap misbar, pasar santa, salihara, pertunjukan seni di TIM dan lain sebagainya.

sepeda

Kendaraan saya selama hampir 2 tahun pertama di Jakarta

Atau sesederhana menikmati senja sepulang dari kantor. Dengan bersepeda, seperti yang saya lakukan selama 2 tahun ketika tempat tinggal saya dari kantor tidak perlu melewati jalan-jalan protokol. Dimana saya bisa dengan tenang tanpa perlu khawatir akan diseruduk oleh metromini/kopaja atau pengendara motor yang tidak sabar.

Atau dengan berjalan satu halte lebih jauh, seperti yang saya lakukan sekarang. Berjalan kaki membuat saya bahagia, dan semoga lebih sehat.

Atau sesederhana untuk selalu bersyukur atas setiap nikmat yang Tuhan beri.

Sambil mendengarkan Senja di Jakarta dari Banda Neira, sambil bergelantungan mencari celah di bus transjak/kopaja. :)

 

 

Senja di Jakarta

Bersepeda di kala senja
Mengejar mentari tenggelam
Hangat jingga temani rasa
Nikmati Jakarta

Bersepeda keliling kota
Kanan kiri, ramai jalanan
Arungi lautan kendaraan
Oh, senja di Jakarta

Parapa, parapa, parapa, parara

Nikmati jalan di jakarta
Parapa, parapa, parapa, parara
Maafkan jalan Jakarta

Bersepeda sepulang kerja
Kenyang hirup asap kopaja
Klakson kanan kiri berbalasan
Oh, senja di Jakarta

Parapa, parapa, parapa, parara

Nikmati jalan di jakarta

Parapa, parapa, parapa, parara
Maafkan jalan Jakarta

Bersepeda, di kala senja

Nikmati Jakarta

 

Leave a comment